mengulang-ngulang dalam belajar

Salah satu tradisi yang dikembangkan di pesantren manbaul husna adalah tradisi mengulang-ngulang materi yang telah disampaikannya. Tujuannya sederhana saja, untuk membiasakan para santri terhadap materi tersebut, sehingga mereka bisa paham dan mampu menghapalnya. Pepatah mengatakan "bisa karena biasa". Seorang anak kecil ketika baru belajar berdiri, mungkin sering jatuh bangun, tetapi karena dia terus bersemangat untuk mau bisa berdiri, dia tidak pernah menyerah, terus menerus dilakukan, tidak mengenal lelah, dari hari ke hari, bahkan dari waktu ke waktu, sampai dia bisa berdiri. Demikian juga, kita umat islam dalam sehari semalam minimal membaca surat al-fatihah yang diulang-ulang sebanyak 17 kali, kita menjadi mudah hapal karena terbiasa dan tidak mungkin akan lupa. Namun, jika santri sudah hapal satu surat yang panjang, seperti surat al-'ghasiyah, apabila tidak diulang (muraja'ah) dipastikan akan lupa dalam beberapa hari saja. Karenanya, pengulangan merupakan suatu keharusan yang mesti dijalankan oleh santri manbaul husna setiap paginya, untuk terus menerus mengingat apa yang telah dipelajarinya.
Tradisi mengulang ini merupakan salah satu prinsip belajar yang diajarkan oleh Rasulullah saw kepada para Sahabat-Nya. Beliau ketika menyampaikan wahyu kepada para sahabat-Nya disampaikan sebanyak tiga kali, seperti dinyatakan dalam sabda beliau:
انه كان اذا تكلم بكلمة اعادها ثلاثا حتى تفهم عنه
Artinya: "Sesungguhnya Nabi saw jika menyabdakan suatu kalimat, maka beliau akan mengulangnya sebanyak tiga kali sehingga ungkapan itu benar-benar bisa dipahami" (H. Riwayat Bukhari dan Abu Dawud).
Bahkan, Imam al-Muzani rahimahullah, murid Imam Syafi'i (264 H), beliau berkata :"Saya membaca kitab"ar-Risalah"(karya Imam Syafi'i) sebanyak 50 kali, setiap kali saya mengulangi pasti mendapatkan faidah ilmu yang belum saya dapati sebelumnya". Beliau juga berkata : saya mengamati kitab ar-Risalah karya as-Syafi'i semenjak 20 tahun silam, setiap kali saya amati pasti ada sesuatu yang baru belum aku ketahui sebelumnya".
Belajar dari pengalaman yang dilakukan oleh Rasulullah dan para ulama dalam belajar, maka tradisi mengulang ini betul-betul ditanamkan dan menjadi tradisi penting di pondok pesantren manbaul husna Purwokerto. Kami tidak bosan-bosan untuk terus menerus melakukan pengulangan baik dalam membaca al-Qur'an, praktek ibadah, maupun pengetahuan keislaman lainnya.
Pengulangan bisa dilakukan secara bersama-sama ataupun dilakukan secara sendirian. Pengulangan bersama dilakukan setiap pagi atau bada shalat fardlu, sedangkan pengulangan secara sendiri bisa dilakukan oleh santri sendiri. Jika terkait dengan bacaan al-qur'an, santri dianjurkan untuk mengulangnya ketika di waktu shalat wajib maupun shalat sunnah, bisa juga dilakukan dengan cara membiasakan mereka melapalkan ayat ketika naik kendaraan atau santri membacakan ayat di hadapan santri lain atau ustadz/ustadzah.
ada beberapa manfaat yang bisa didapatkan dari prinsip pembelajaran dengan cara mengulang-ngulang, yakni: Pertama, menumbuhkan daya ingat santri sehingga dia menjadi terbiasa untuk menghapal. kebiasaan menghapal bukan hanya diperlukan dalam belajar, tetapi juga diperlukan dalam kehidupan sehari-hari. Dulu ketika Gusdur masih hidup, orang kagum terhadap beliau yang memiliki kemampuan menghapal yang luar biasa. Beliau "maaf" penglihatannya kurang, tetapi mampu menulis dan menyampaikan materi-materi keislaman yang luar biasa, karena memiliki kemampuan menghapal. Kedua, santri memiliki hapalan yang banyak, baik menyangkut bacaan al-Qur'an maupun materi keislaman. Dengan hapalan banyak, dia tidak akan kesulitan dalam menghadapi ujian maupun dalam menyampaikan materi-materi yang akan didakwahkan kepada masyarakat. Ketiga, santri memiliki kebiasaan untuk mengulang-ngulang dalam berbagai bidang kehidupan dan ini tentu akan membiasakan otaknya terlatih/terbiasa mengulang. hal ini akan menumbuhkan perilaku yang positif bagi santri itu sendiri. Contohnya, kalau otak sudah terbiasa dilatih untuk berperilaku jujur sejak kecilnya. Otak akan bekerja secara otomatis berperilaku jujur dan saat ada penyimpangan (tidak jujur), otak akan bekerja melakukan perlawanan dengan menggerakkan tubuhnya menjadi gemetar, takut, khawatir, dan berbagai perasaan lain yang tumbuh dalam dirinya. Karenanya kebiasaan jujur yang dilatih sejak kecil akan tertanam terus dalam dirinya hingga dia menjadi orang dewasa yang berperilaku jujur.
Bagi santri yang belum menghayati dan memahami manfaat belajar mengulang, mungkin akan terasa bosan dan menjemukan. Tetapi jika santri telah memahami dan mengalaminya secara langsung, insya Allah dia akan menikmatinya dan terus berupaya untuk mengikutinya dengan serius. di dalam pengulangan itu ada hikmah dan manfaat besar yang bisa di dapatnya, sesuai dengan ungkapan "pada pengulangan pasti ada faedah yang didapatkan". semoga tulisan ini dapat memberikan pencerahan buat para santri dan juga pada para pembaca sekalian. (by PP-MHP)
"Mendengar Itu Lupa, Melihat Itu Ingat, dan Mengerjakan Itu Paham".    

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sekilas Pondok Pesantren Manbaul Husna Purwokerto

Menjadi Mahasiswa Sukses