belajar berpidato

Pada bulan ramadhan 1439 H ini, salah satu tradisi yang dikembangkan di pondok pesantren manbaul husna yakni berlatih kultum alias pidato. Setelah para santriwati melaksanakan shalat isya dan taraweh bersama, mereka satu persatu secara bergiliran melatih diri untuk tampil berbicara di hadapan rekan-rekannya. Acara dibuat sesantai mungkin agar santriwati yang mendapat giliran tidak grogi dan takut untuk tampil. Materi yang disampaikan pun berbeda-beda sesuai dengan selera masing-masing. Hal yang terpenting santriwati bisa tampil dan terbiasa untuk berbicara di hadapan umum, untuk bekal mereka ketika terjun di masyarakat. Pengelola pesantren ini tidak menargetkan khusus agar mereka bisa menjadi seorang orator ulung atau menjadi seorang penceramah yang handal, cuma ingin melatih kebiasaan berbicara di hadapan umum.
       Ketika para santriwati tampil membawakan materi, ada beberapa hal yang unik dan menarik untuk dipelajari dan dikembangkan. Ada santriwati yang tampil dengan bahasa yang terbata-bata dan kelihatan belum memiliki penguasaan yang mendalam, baik menyangkut materi maupun kemampuan berbicara di hadapan umum. Namun, ada juga di antara mereka yang sudah cukup bagus karena telah menguasai materi dan terbiasa untuk berbicara di hadapan umum. Dari beberapa orang yang tampil, saya ingin menyampaikan dua pengalaman unik yang disampaikan oleh santriwati.
       Pertama, ada seorang yang menyampaikan dengan nada yang biasa dan suaranya pun tidak menggebu-gebu seperti halnya seorang penceramah yang menguasai ilmu retorika. Dia membawakan sebuah cerita yang dialaminya secara langsung di lapangan. Menurutnya, dia memiliki seorang teman (sebut saja Aisyah) yang begitu konsisten dan religius dalam kehidupannya. Setiap pagi Aisyah selalu melaksanakan shalat dhuha dan berdo'a kepada Allah. Selesai dari berdo'a, Aisyah selalu menelepon ibunya untuk minta do'a dan sekaligus dia juga mendo'akan ibunya. Setelah itu, Aisyah berangkat kuliah dan terkadang dia berangkat bekerja (maklum anak ini kuliah sambil bekerja). Demikian pula ketika malam, Aisyah tidak lupa untuk bangun malam melaksanakan shalat qiyamullail dan berdoa kepada Allah swt. Hal yang uniknya, Aisyah melakukan ini setiap hari dan tidak ada seorang pun yang bisa mengganggunya. Dari konsistensi dan religiusnya tersebut, Aisyah tidak merasakan adanya kegelisahan dalam hidupnya dan selalu dimudahkan dalam segala urusannya. Kuliahnya berjalan lancar dan bekerjanya pun tidak ada hambatan yang berarti. Semua dilakukan dengan enjoy dan tidak terasa adanya beban berat dalam hidupnya. Kisah yang disampaikan secara sederhana inilah yang membuat teman-teman santriwati terharu, menangis, dan teringat akan ibunya masing-masing serta kagumnya terhadap perjuangan yang dilakukan oleh Aisyah tersebut. Kedua, ada santriwati yang menyampaikan pidatonya dengan menggunakan bahasa Inggris yang cukup bagus. Dia tampil dengan pede-nya dan penyampaiannya pun begitu menguasai, seperti orang yang melakukan presentasi di hadapan audiens bule. Meskipun dia sadar betul bahwa audiens yang ada di hadapannya banyak yang tidak mengerti dengan apa yang disampaikannya. Dia menampilkan diri yang berbeda dengan teman-teman lainnya karena dia ingin mempraktekkan ilmu yang dimilikinya.
       Dari pengalaman yang ada tersebut menunjukkan bahwa latihan pidato itu memang mengasyikkan. Banyak pengetahuan, pengalaman, dan proses pendidikan yang bisa didapatkan. mulai dari bagaimana cara mereka menyiapkan materi, mulai mengatur kata yang baik ketika di awal pidato, memilih kata-kata yang baik, menghilangkan rasa grogi, cara membuat audiens tertarik, berinteraksi dengan audiens, dan berbagai pengalaman lainnya. Masing-masing individu bisa jadi berbeda-beda dalam menangkap apa yang disampaikan dan memiliki pengalaman yang berbeda dalam latihan ini. Jelasnya, latihan pidato itu penting untuk dilakukan oleh para santriwati dan banyak hal yang bisa didapatkannya.
             Semoga temen-temen yang belum mampu berbicara di hadapan umum dengan baik bisa belajar lebih banyak untuk terus menerus mempersiapkan materi yang baik dan menggembleng dirinya untuk terus tampil di hadapan umum. Selanjutnya, bagi para pembaca semoga tulisan ini dapat menginspirasi kita untuk lebih meningkatkan diri dalam menjalani kehidupan dan tertarik untuk belajar mendalami ilmu agama, khususnya di pondok pesantren. semoga....amin.
رب اشرح لى صدري ويسىرلى امري واحلل عقد تا من لساني يفقهوا قولي  
wallahu a'lam bi al-shawab.     

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sekilas Pondok Pesantren Manbaul Husna Purwokerto

Menjadi Mahasiswa Sukses

mengulang-ngulang dalam belajar